disadur dan dialih bahasakan dari bunga rampai puisi Walt Whitman berjudul Leaves of Grass (1855)
Di Antara Kerumunan
Di antara kerumunan laki-laki dan perempuan
Kuberterima satu menyadariku rahasia dan tanda-tanda ilahi,
Mengakui tak seorang pun, tak orang tua, istri, suami, saudara, anak-anak, lebih dari mengakuiku
Beberapa tercengang, tapi bukan itu — satu itu mengenalku.
Ah, kasih dan sejawat mulia,
Kumaksud ialah kudunya kau temukanku lewat pencarian sederhana,
Dan saat daku jumpaimu bermaksud temukanmu dengan apa yang ada dalam dirimu.
Apakah Kau Orang Baru yang Dihantarkan Nasib Padaku?
Apakah kau orang baru yang dihantarkan nasib padaku?
Mula peringatan, sungguh daku berbeda dari dugamu;
Apakah kau kira ‘tuk temu idam dalamku?
Apakah kau pikir ‘kan mudah bagiku ‘tuk jelma asmaramu?
Apakah kau pikir sandingku ‘kan penuh kesenangan lugu?
Apakah kau pikir daku setia dan dapat digugu?
Apakah kau kira dirimu tapaki lajur lurus bahadur benar?
Takkah terlintas wahai pemimpi betapa semua maya, ilusi?
Dasar dari Semua Metafisika
Dan sekarang tuan-tuan,
Sepatah saya haturkan untuk tinggal dalam ingatan dan pikiran,
Sebagai dasar dan akhir jua dari semua metafisika
(Begitulah profesor tua kepada para mahasiswa,
Pada penghujung kelasnya yang ramai.)
Telah telaah baru dan lawas, sistem-sistem Jerman dan Yunani,
Telah diperiksa dan dicatat Kant, Fichte dan Schelling dan Hegel,
Terkisah Plato, dan Sokrates lebih agung dari Plato,
Dan lebih agung dari teperiksa dan tercatat Sokrates, Kristus ilahi telah lama dipelajari
Saya terkenang hari ini akan sistem-sistem Jerman dan Yunani itu,
Tengok filsafat, gereja dan iman Kristen tengok,
Pun di bayang Sokrates jelas-jelas melihat, dan di bayang Kristus Sang Ilahi saya melihat,
Kasih sayang seseorang pada kawannya, ketertarikan teman ke teman,
Dari suami-istri sakinah, dari anak-anak dan orang-orang tua,
Dari kota untuk kota dan tanah untuk tanah.
Adalah Daun Paling Rapuh dari Diriku
Adalah daun paling rapuh dari diriku pun paling lama bertahan,
Adalah kututup dan sembunyikan pikiranku, diriku enggan menyibaknya,
Pun mereka menyibakku lebih dari seluruh puisi-puisiku
Terkadang dengan Ia yang Aku Cintai
Terkadang dengan ia yang aku cintai aku memenuhi diriku dengan kemarahan karena ketakutan lepas kendali akan cinta yang tidak kembali,
Namun sekarang aku berpikir tidak ada namanya cinta yang tidak kembali, pelunasan pasti dalam satu cara atau lainnya,
(Aku telah mencintai orang tertentu dengan sungguh-sungguh dan cintaku tidak kembali,
Pun darinya aku telah menulis lirik-lirik ini)
Pembalikan
Persilakan yang depan untuk mundur,
Persilakan yang belakang untuk maju,
Persilakan bigot, pandir, kumuh, mengajukan tawaran baru,
Persilakan tawaran lama ditunda,
Persilakan laki-laki ‘tuk cari kesenangan di mana-mana kecuali dalam dirinya sendiri,
Persilakan perempuan ‘tuk cari kebahagiaan di mana-mana kecuali dalam dirinya sendiri.
Portal
Apa guna dari yang diketahui selain untuk mangkat dan memasuki Ketidaktahuan?
Dan apa guna hidup selain untuk Mati?
Duhai Hidup Selalu, Selalu Sekarat
Duhai selalu hidup, sekarat selalu!
Duhai penguburanku lalu dan kini,
Duhai ketika aku melenggang maju, material, kasat, selalu belagu;
Duhai aku, berkalang tahun lampauku, kini mati, (tak sesal, mapan;)
Duhai ‘tuk melepasku dari jasad-jasad aku, kutoleh dan tengok di mana kulepasnya,
Untuk mangkat, (Duhai hidup! Selalu hidup!) dan meninggal lalu jasad.
Kesempurnaan
Hanya diri mereka memahami diri mereka dan orang-orang seperti mereka,
Sebagaimana jiwa-jiwa memahami jiwa-jiwa.





Leave a comment