Ombak Deleuze: Tentang Spinoza

Ombak Deleuze: Tentang Spinoza

Diterjemahkan dari bahasa Inggris yang digarap oleh Léopold Lambert ketika menerjemahkan transkrip berbahasa Prancis dari kuliah Deleuze di Vincennes. Transkrip atau alih naskah garapan Lambert ini dapat ditemui di THE FUNAMBULIST PAMPHLETS///VOLUME 3: DELEUZE.

Berikut adalah ringkasan salah satu kuliah Deleuze tentang Spinoza di Vincennes (universitas mandiri orang-orang Paris pada tahun 70-an).

PENDAPAT DELEUZE MENGENAI OMBAK SPINOZIS

Gilles Deleuze. Sur Spinoza (Mengenai Spinoza). 17 Maret 1981. Kelas Vincennes.

Tidak ada seorang pun yang menolak bahwa mampu berenang merupakan penaklukan atas eksistensi, hal ini harus dipahami: saya menaklukkan sebuah elemen; tentu saja tidak terang tentang bagaimana sebuah elemen bisa takluk. Saya dapat berenang, saya dapat terbang. Mengagumkan. Apa artinya? Sederhana saja: tidak dapat berenang mengisyaratkan kerentanan saat berhadapan dengan ombak. Sebelumnya, anda melihat kumpulan molekul tidak terbatas yang membentuk ombak; molekul itu membentuk ombak dan saya berkata: itu adalah ombak karena jasad asalinya adalah apa yang saya sebut ‘molekul-molekul’, sebenarnya mereka pun bukan yang paling sederhana, seseorang harus sedikit menjelaskan bahwa itu adalah molekul-molekul air. Molekul-molekul air sejatinya sudah dimiliki sesosok jasad, jasad akuatik, badan laut, dan sebagainya. Apa tingkat pertama pengetahuan itu? Adalah: ayo, saya tantang, saya maju, saya ada di tingkat pertama pengetahuan: saya tantang, saya paksa, agar anda bicara. Apa makna dari memaksa? Memaksa, sederhana sekali. Memaksa, arti dalam diksinya mengisyaratkan jelas sekali, seseorang terang melihat adanya suatu hubungan ekstrinsik: contohnya, ombak menghempas saya dan kadang menyeret saya; di sanalah muncul suatu efek kejut. Persentuhan saya dengan ombak tadi adalah efek kejut, artinya, saya tidak mengerti apa-apa soal hubungan-hubungan yang membuat ombak tersebut atau bahkan yang meleburkannya, saya menerima efek-efek dari bagian ekstrinsik. Bagian-bagian yang menjadi milik saya digoncang, mereka menerima efek kejut yang datang dari bagian-bagian milik sang ombak. Maka, terkadang saya tertawa, terkadang pula menangis, tergantung bagaimana sang ombak membuat saya tertawa atau bikin saya jatuh pingsan, saya ada di dalam pengaruh hasrat: aduh Mak, sang ombak menampar saya! Baik, “aduh Mak, sang ombak menampar saya,” ujaran yang tidak akan kita berhenti suarakan hingga kita berhasil memahami tingkat pertama pengetahuan, pun karena kita tidak akan berhenti mengatakan: duh, meja ini menyakitiku; yang hal ini sama saja dengan mengatakan: orang lain menyakitiku; tidak sama karena meja adalah benda yang tak bergerak, orang-orang yang mengatakan: meja ini menyakitiku, sama bodohnya dengan mengatakan: Peter menyakiti saya. Ada pun berkata: batu ini melukaiku, atau ombak ini menamparku. Hal ini pada level yang sama, merupakan tipe pertama pengetahuan. Sebaliknya, saya dapat berenang; hal ini tidak musti berarti saya punya kemampuan matematis, fisika, atau pun pengetahuan ilmiah soal gerak sang ombak, hal ini berarti saya punya sebuah kemampuan, kemampuan yang mengejutkan, saya mempunyai sesuatu yang mirip dengan peraba ritme. Ada pun maksudnya, ritme itu tadi, adalah bahwa hubungan-hubungan dengan karakteristik yang saya punya, secara langsung mampu membangun hubungan antara saya dengan sang ombak, yang artinya hal-hal tidak lagi terjadi di bagian-bagian yang menjalar ke luar, bagian basah sang ombak dan tubuh saya; hal-hal terjadi di antara hubungan yang terjalin. Hubungan-hubungan yang membikin sang ombak, hubungan-hubungan yang membangun tubuh saya, dan kemampuan saya saat berenang, untuk menghadirkan tubuh saya dalam suatu hubungan yang membangun dirinya langsung dengan hubungan-hubungan sang ombak. Saya menyelam pada saat yang tepat, saya keluar pada saat yang tepat pula. Saya menghindari ombak yang akan datang, sebaliknya saya menggunakan ombak itu tadi, dan sebagainya… Semua ini merupakan seni dalam membangun hubungan-hubungan itu tadi.


Discover more from Kasat Kata Kultur

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a comment